Penyesalan

kamu tidak akan tau kalau kamu membutuhkannya sampai dia meninggalkanmu.

*******************

Aku ingin bertemu denganmu sekali saja. Kamu tau, mungkin mulutku mengingkari namun sebenarnya aku benar2 rindu padamu. Dan percakapan kita via telepon waktu itu semakin menguatkan rasaku.

Ah. .. aku benar2 jadi pecundang kali ini, di depanmu aku tak pernah mengakui rasaku. Mungkin egoku terlalu tinggi atau engkau yang tak pernah peka?? Seharusnya engkau tau dari seringnya kita bertukar cerita yang tidak penting, sekedar berbicara tentang kebiaasaan kita yang tak pernah berubah. Atau mungkin kau memang memancing agar aku sedikit menurunkan gengsiku? Kamu bahkan tau dari dulu aku tak pernah mau diatur.

“masih bolehkah kupanggil engkau bunda….?”

hmm… panggilan itu rasanya malah mengiris hatiku. Entahlah aku merasa jadi orang paling berdosa karena dulu pernah meninggalkanmu. Waktu itu aku benar2 tidak siap menjadi pendampingmu, padahal kita bukan kanak2 namun mengapa aku takut jadi dewasa.

“Aku hanya ingin minta maaf”

“Maaf untuk apa bunda?”

Maaf karena pernah membuat luka di hatimu.. namun kalimat ini tak pernah keluar dari mulutku. Keberanianku belum terkumpul, mungkin nanti saja saat kita bertemu lagi pikirku.

“apa kau mau mengakui sesuatu bun..?

“buat apa mengaku ,karena memang tak ada hal yang perlu diakui”

Tidak.. batinku menjerit mengutuk keangkuhanku. Perlahan mataku menganak sungai, aku hanya takut akan melukaimu lagi.. takut kalau ini hanya pelarian sementaraku. Namun semakin lama aku sadar engkaulah pencarianku.

Hari ini kubulatkan langkah untuk segera menemuimu. Kupakai baju pemberianmu dulu. Nanti engkau akan menemuiku di tempat pertama kita bertemu. Saat itu akan kukatakan semuanya tentang kerinduanku, pencarianku, dan semua itu ternyata kamu.

***************************************

Benar kata orang menunggu adalah hal yang sangat menyebalkan. Berkali kali kutengok jam namun engkau tak jua datang, ternyata kamu tetap sama tak pernah tepat waktu padahal kamu tau aku benci itu. Dulu sempat aku marah besar padamu karena kamu datang 2 jam dari waktu yang dijanjikan, dan kamu dengan entengnya menjawab kalau harus mengantar temanmu. Aku merasa diabaikan, mungkin aku terlalu egois, tapi bagiku janji harus ditepati.

Dan saat lelahku menghampiri, kulihat engkau memasuki area parkir. Segera saja aku mendekatimu.

“kamu masih cantik seperti dulu bun…”

“ dan kamu tetap sama seperti dulu, tukang ngerayu..”

“ apa kabarmu bun, apa pencarianmu sudah berujung”

Deg.. itu kamu jeritku dalam hati, namun hanya kutanggapi dengan senyuman. Lalu mengajakmu menyisir sepanjang taman kenangan kita.

“andai dia aku bun, tentulah sangat bahagia”

“tapi sayangnya bukan” godaku dengan senyum nakal.

“ kenapa bun..”

“karena jarak kita berjauhan” kujawab sekenanya saja.

“kau tau bun, selepas kepergianmu aku terpuruk. Entahlah kata2mu dulu membiusku hingga aku iyakan saja pintamu.. bahkan masih kusimpan pesan singkat darimu sebelum kau benar2 hilang ditelan bumi beberapa tahun ini”

Ijinkan aku mengakhiri hubungan yang semu dan penuh dosa ini, sementara biarlah kuisi hatiku dengan cinta yang lebih kekal yaitu cinta Illahi…dan bila Alloh berkehendak maka kau akan datang padaku dan menjadikan aku pengantinmu dalam ikatan suci. Bukankah ini akan lebih indah..?

“ seorang wanita dinikahi karena empat hal, dan salah satunya karena agamanya. Aku memilihmu karena itu bun… kau tau pesanmu mengisyaratkan engkaulah bidadari syurga itu…”

Aku menerawang jauh ke masa lalu, dalam kebimbangan kukirim pesan singkat itu padamu. Setelah itu kubuang semua nomor hpku agar tak ada akses lagi bagimu. Aku tertunduk membisu. Petir yang datang serasa menyentak kalbuku. Perlahan langit menangis. Ah… terlalu tinggi sebutan itu bagiku, aku hanya perempuan biasa yang bimbang hatinya.

Dari jauh kulihat seorang perempuan berjalan kearah kita.

“itu tunanganku bun… aku tak pernah mencintainya tapi dia begitu mencintaiku, aku katakan padanya aku menemui seorang yang mengajariku arti kehidupan. belum terlambat bun…. Kami belum menikah”

Tiba2 hujan menjadi deras, wanita itu berlari ke peneduh ditengah taman. Kamu berusaha menarikku ke sana juga namun aku menolak. Kau tau? Sebenarnya didalam hujan bisa kusembunyikan air mata. Betapa aku mencintai hujan saat ini.

“ayo bun… katakan iya dan akan katakan padanya kalau cahayaku akan bersinar denganmu.. pliiiis..”

Senyumku mengembang, namun mataku tetap basah

“ semoga kamu bahagia ya…, aku tau rasanya menderita karena cinta dan aku tak mau wanita itu meratapi nasibnya, katakan padanya gurumu ini tak bisa menemuinya karena banyak murid yang harus diajar” . candaku mungkin hambar kamu rasa, begitupun aku sakit merasakannya.

Kubalikkan badan menjauhimu dan hidupmu. Biarlah hujan ini menghanyutkan kerinduanku padamu.

Hujan telah reda, kulihat pelangi menggeliat manja. Namun hatiku tetap gerimis…..

**************************************************

“Walau raga kita terpisah jauh namun hati kita slalu dekat, bila rindu pejamkan matamu dan katakan aisiteru…” (*)

ket (*) dari lirik lagu zivilia, aishiteru

Leave a comment