It’s You?

“Contoh Kak Harry! Dia anak rajin dan selalu jadi juara kelas! Kamu? Nilai nggak pernah jauh dari D-E-F. Mau jadi apa sih kamu?”

Olokan mama kembali terngiang dalam benakku. Kak Harry-Kak Harry-lagi! Cukup! Ini sangat menjenuhkan! Mama selalu membanggakannya, menyayanginya, memperhatikannya, memilihnya…Kapan giliranku?

Untuk sekali lagi, aku putus asa.

Ini adalah keputus-asan yang selalu kudapatkan di rumah. Sepertinya aku tak perlu hidup lagi. Sia-sia saja apabila aku hidup tanpa seorangpun yang mengertiku, menginginkanku, mendukungku.. Semuanya sia-sia!

Di sinilah aku sekarang. Berpijak di kesepian taman Hyde London. Hujan November masih mengguyur deras. Menghembuskan angin-angin malamnya menemaniku terisak di bawah rindangnya pohon maple dengan hanya terlindung oleh payung hazel. Aku memutuskan kabur dari ‘neraka’ tuk menemui seseorang kemari. Seorang yang paling mengerti kondisiku kini. Seseorang yang-sebenarnya-belum pernah kutemui sebelumnya. Keputusan yang cukup gila, bukan?

Namun entah mengapa-dengan mudah aku mempercayainya. Apa karena hanya dia satu-satunya yang memperhatikanku meskipun hanya terperantarakan oleh web dan jaringannya? Mungkin.

Tapi yang paling penting sekarang-aku bisa menemukan seseorang yang dapat kugantungkan tuk sementara ini. Jujur, benakku tercampur-baur oleh banyak hal. Tugas sekolah menumpuk, ancaman pem-bully-an teman-temanku, neraka di rumahku… Astaga, fikiranku kalut!

Kumohon, aku hanya butuh seseorang sekarang. Cepat datanglah..

“Nadya?” Saat menoleh melihat siapa yang memanggilku, sontak aku terkesiap. Refleks cengkraman payungku terenggangkan. Manik berairku membelalak lebar. Tenggorokanku tercekat. Degup jantungku melonjak hebat.

Mengapa dia di sini?

<<<<>>>>>

“Kapan kamu bisa kayak kakakmu? Belajar nggak pernah, hari-hari ngelaptop. Bener aja kamu nggak bisa pinter.”

Aku emang ngga pinter.. Nggak punya bakat.. Nggak berguna.. Selalu lemah.. Selalu kalah.. Selalu.. Argh, kapan sih mama bisa berhenti membandingkanku dengannya? Sama kak Harry yang selalu dipuja-puja itu?! Kapan?!?! Mending menghilang dari muka bumi ini aja daripada dituntut terus jadi manusia kriting itu.

Udahan ah post curhatanku yang isinya ini-ini muluk. Dosa ntar yang baca. *Loh, emang ada ya?*

EdwardCullun said:

Kak Harry lagi? Depak aja dia gimana? Geregetan banget bacanya.. Huss, setiap orang pasti punya bakat kok. Termasuk kamu. Kamu nggak boleh bilang begitu. Karena setiap orang di dunia ini dilahirkan buat meraih tujuan hebat hidupnya yang masing-masing pasti berbeda. Fighting! I’m sure you can!
NB: Ini ada loh yang baca. Sesuatu banget gitu yah nggak dianggep.

Senyumku mengembang kala kubaca ulang salah satu postingan-komentar di blogku itu. Anonym yang selalu menggunakan nama samaran tersebut tak pernah absen mengomentari segala curhatanku. Bukan kali pertama Kak EdwardCullun itu memberiku saran bijak dan motivasinya yang-ehm-jujur merupakan satu-satunya hal yang sanggup membuatku semangat menjalani lika-liku hidup.

Perlu kau ketahui, rangkaian kata dalam curhatanku di atas bisa dikategorikan halus bahasanya dibanding dengan postingan pertamaku yang penuh umpatan. Well, aku berubah menahap juga karenanya. Satu-satunya manusia terbaik budinya dalam hidupku..

Kenalkan aku Nadya. Anak kandung pertama dari keluarga kecil yang mendiami Jantung Kota London. Aku paling benci dengan seseorang yang kuhindari di rumah. Ialah Harry-kakak angkatku. Mengapa? Karena sejak kecil aku selalu dibanding-bandingkan dengannya. Bahkan sampai di umurku yang ke-15 tahun-sekarang. Kenyataan bahwa aku selalu berada di bawahnya. Tak perlu diherankan mengapa. Itu karena pribadi kami yang-memang-jelas bertolak-belakang.

Contohnya saja.. Dia aktif, populer, rajin dan pintar. Aku malah pasif, terbully, malas dan bodoh. Yang paling berbeda ialah saat kami masuk kamar. Ia ada di kamar untuk belajar dan tidur, sedangkan aku untuk ‘hidup.’

Seharusnya orangtuaku sadar bahwa aku dan ia memang berbeda. Sehingga mereka tak perlu repot memotivasiku dengan keberhasilannya.

Jadi, tak ada alasan untuk menganggapnya sebagai kakakku, kan? Kalau diamati, dialah yang telah membuatku menjadi seperti ini. Jika saja ia tak pernah ada, aku yakin aku tak akan begini-tapi masalahnya akan berbeda apabila begitu.

Oh sebentar.. Ada chat Y!m masuk!

“Lighten up!”

Seketika senyumku merekah lagi. Mengetahui bahwa masih ada yang peduli padaku di muka bumi ini. Coba tebak siapa yang mengirimnya? Benar, Kak EdwardCullun.

Buru-buru kunyamankan dudukku di atas kasur dan membenarkan letak laptop di hadapanku. Lalu kuketikkan rangkaian kata tuk membalas chatnya. Well, aku telah menjalani hubungan seperti ini-dengannya selama kurang lebih tiga tahun-semenjak kumengenal internet. Dan selama itulah aku merasa dekat dengannya meskipun kami tak pernah bertatap-muka. Aku sering mengajaknya bertemu tuk hanya sekedar tahu rupanya, tapi-sialnya-ia selalu berhasil mengalihkan pembicaraan tersebut.

Tetap berhubungan dengan satu-satunya penyemangat hidupku, tak salah kan?

<<<<>>>>>

Untuk beberapa detik, aku hanya bisa termangu di tempat. Mendapati seorang yang terlapisi jaket tebal berkupluk di hadapanku adalah seorang yang selama ini menjadi bagian penting hidupku. Ya Tuhan, mengapa bisa..

“Ayo kita pulang.” Tukasnya melihat kegamangan dalam bola mataku. Buru-buru aku menangkis tangannya yang meraih pundakku. Kemudian berusaha berlalu cepat dari tempatku berdiri. Sial! Mengapa kedaan seolah kian merumitkan hidupku? Mengapa..

“Nadya, mama khawatir.” Ucapnya tepat saat ia berhasil meraih pergelangan tanganku hingga menyebabkanku berhenti melangkah. Namun, aku hanya diam menanggapi. Jujur, aku benar-benar tak habis fikir dengan apa yang diperbuatnya hingga.. “Kakak ngelakuin semua ini beralasan. Kakak harus tahu kenapa selama ini kamu ngehindar dari kakak…”

“Untuk apa? Kau bukan kakak kandungku!” Teriakku gusar memotong penjelasannya-saat memutar tubbuhku menghadapnya.

“Gimana kalo ternyata kakak emang peduli sama kamu?” Sebuah kalimat yang sukses membuat pendirianku runtuh. Air mataku berderai menyatu dengan tetesan hujan yang menuruni wajahku. Dan aku terisak dalam dekapannya. Tidakkah sakit bagimu bahwa seseorang yang paling kau benci-ternyata-menjadi orang yang paling kau sayangi juga?

“Tapi kakak nggak harus pake nama samaran..”

“Dan kamu harusnya hati-hati sama user kayak gitu, kan? Nadya, nggak boleh lagi kamu percaya sama orang seperti itu. Kamu juga harus nata setiap postingan di blogmu. Selamanya mereka akan tercatat di search engine, Nadya. Memang, kakak Pseudonimitas, tapi komentarku lebih bijak dan terarah daripada curhatanmu.” Jelasnya panjang lebar menatap mataku lekat. Ini sulit dipercaya.. Seorang yang ku benci di hadapanku ternyata menjadi satu-satunya orang yang peduli padaku selama ini? Jadi Kak Harry-lah yang… Astaga, aku egois. Aku sungguh berdosa.

“Maaf kak..” Ucapku kehabisan kata menanggapinya. Tapi ia hanya tersenyum dan menuntun jalanku menuju mobilnya. “Tapi aku boleh kan sayang Kak Edward?” Tanyaku di dalam mobil yang mengundang tawa manisnya. Tak disangka, akhirnya kebahagiaan mengunjungiku hari ini.

Aku akan jadi perempuan yang kakak mau, kak. Aku janji. Ikrarku dalam hati kala ia menggegam hangat tanganku di tengah konsenterasinya membelah derasnya hujan jalanan Kota London.

Leave a comment