The Shining Stars

Malam ini bintang bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyikan kegelapan malam. Hal ini membuat Carrisa sangat senang, karena ia bisa melihat bintang sepuasnya. Berbeda dengan Casey, Sahabatnya yang memejamkan mata ke arah Carrisa seakan keindahan malam ini tidak menarik untuknya. Tapi dibalik itu tersimpan sebuah masa lalu.

“ Casey, jangan bilang kau terpesona dengan wajahku.” Carrisa mengalihkan pandanganya pada Casey sambil memasang wajah geli.

“ Apa ? yang benar saja. Mataku tertutup. Kau pikir aku penyuka sesama jen ~ ah sudahlah.”

“ haha. Tenang tenang aku juga bukan tipikal wanita seperti itu.” Kekeh Carrisa

“ Bagus. Bagaimana kalau kita pulang, sudah hampir 2 jam kita berbaring di rumput ini dan kurasa kulitku sudah membeku sekarang.”

“ Ah ayolah. Apakah kau tidak bisa menikmati apa yang sedang kunikmati sekarang. Menatap keindahan dunia malam. Bintang, Bulan, Semilir angin dan hal lainnya. Itu mengasikkan Casey.”

“ Dan aku tidak suka.” Protes Casey

“ Selalu itu yang kau ucapkan setiap kita kesini. Aku tahu kau sahabatku, tapi kalau kau tidak menyukai rutinitas ini sebaiknya kau tidak usah ikut. Padahal yang kudengar dari Ibumu kau suka sekali dengan ilmu astronomi dan meneliti langit.”

“ Memang. Dan sekarang aku sudah tidak tertarik.”

Carrisa menghela nafas. Inilah yang selalu Casey jawab jika dia sudah mulai mengungkit tentang hal semacam ini. Casey akan berubah menjadi wanita yang menyebalkan dan ketus. Tapi, Carrisa adalah sudah menjadi sahabatnya sejak 5 tahun lalu dan pergi ke tempat ini nyaris setiap minggu, seharusnya dia sudah tau apa yang menyebabkan Casey seperti ini. Keheninganpun kembali tercipta.

“ Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini Casey. Tapi kau harus tahu bahwa aku kesini karena aku merindukan orangtuaku. Mereka bilang mereka akan selalu ada diantara hamparan bintang. Dan aku mengajakmu hanya untuk menunjukan bahwa aku tidak kesepian disini. Karena aku memiliki sahabat.”

Carrisa mulai angkat bicara. Sedangkan Casey hanya memejamkan matanya seolah yang dikatakan Sahabatnya ini angin lalu. Dia malas membicarakan hal yang berbau kematian dengan sahabatnya ini.

“ Ah, dan kau harus tahu juga Casey. Jika aku sudah tidak ada didunia ini lagi aku juga ingin menjadi bintang, yang paling bersinar.”

“ kurasa kau tidak normal Carrisa. Mana mungkin kau ingin menjadi sebuah bola gas yang panas ? dan menjadi yang paling bersinar ? itu artinya kau bintang paling panas. Carilah tempat trasformasi lain.”

“ aku tahu kalau bintang itu berasal dari bola gas. Orang orang bahkan tidak mau mendekatiku dari dekat. Tapi, bukankah semua orang menyukai bintang yang terlihat dari jauh ?”

“ Semua orang kecuali aku.”

“ Benarkah ? mungkin kalau aku mati kau akan menyukai bintang.”

“ Berhentilah membicarakan kematian Carr. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau pergi sekarang. Dan tentu saja aku akan makin membenci segala tentang malam hari.”

“ menyeramkan sekali mendengarmu sampai harus membenci malam hari.” Carrisa menggelengkan wajahnya mendengar ucapan sahabatnya itu.

“lalu apa yang bisa kulakukan agar kau tidak menyalahkan kematianku ?”

“ Tetap hidup dan menjadi sahabatku hingga kita sudah dewasa dan aku sudah merelakanmu pergi.”

—————–

“ Carr, tidak apa kan aku tidak menemanimu pergi ke taman kota malam ini ?” Ucap Casey dari telefon.
“ Ah, akhirnya kau mengakui juga kalau kau tidak suka hal yang berbau malam. Seperti Bintang misalnya .” Carrisa menjawab dengan sedikit terkekeh.
“ Bukan bukan. Malam ini aku ikut latihan Tari. Kau tahu kan dua hari lagi sekolah kita akan mengadakan Lomba ?”
“ Ya ya. aku hanya bercanda, kalau begitu semoga latihannya berjalan lancar.”
“Ok. Bye.”

Casey langsung memutuskan sambungan telefonnya, dan entah kenapa perasaannya berubah menjadi tidak enak. Tanpa memikirkan itu, ia segera beranjak ke ruang keluarga, berpamitan dengan Ayah dan Ibunya yang sedang menonton tv.

“ Yah, bu. aku berangkat latihan Tari dulu.”

Pamit Casey pada Kedua orangtuanya. Ayahnya hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

“ Tumben sekali. Biasanya kau pergi ke taman kota setiap malam minggu bersama Carrisa.” Tanya Ibunya

“ Dua hari lagi lombanya, bu. Lagipula aku sudah bilang pada Carrisa kok.”

“ Okay. kalau begitu jangan pulang terlalu larut.”

“ Pastinya.”

Ketika Casey hendak beranjak dari ruang keluarga tiba tiba Ayahnya menyela.

“ Hm. Cass, tidak tertarikkah kau mengunjungi kakakmu ? kau belum pernah mengunjunginya semenjak itu.”

“ No. Salah siapa dia tidak menepati janjinya.”

“ Lalu sampai kapan kau akan menyalahkan kakakmu yang tidak bersalah itu ?”

“ Entahlah. Mungkin suatu hari nanti aku akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang.”

—–

Casey mengusap peluh yang terus mengalir dari pelipisnya sembari meminta ijin beristirahat. Entah berapa jam dia berlatih tari dengan kelompoknya tanpa jeda mengingat tengat waktu menuju lomba sudah dekat. Dia melihat jam yang tertera di Hpnya, 9 malam. Biasanya jam segini dia sedang mengahabiskan waktu dengan Sahabat baiknya di Taman Kota, hal itu membuat perasaannya kembali tidak enak. Dan dia sedikit terlonjak merasakan getaran di Hpnya. Telefon dari seseorang.

“ Ya, Casey disini.”

“Nak Casey, Bisakah kau ke rumah sakit sekarang ?”

Ucap suara disebrang dengan sedikit terisak yang sukses membuat Casey tersentak.

“Ada apa ? Siapa yang sakit ?”

“ Ini nenek Carrisa. Nanti nenek jelaskan setibanya kau disini.”

“Carissa ? Rumah sakit mana ? biar saya kesana sekarang !”

Setelah mendapat alamat Rumah sakit yang ditunjukan Nenek Carrisa, dengan langkah tergesa Casey meminta ijin pada Pelatih Tarinya dan langsung meninggalkan Studio tempatnya berlatih. Lalu menyetop taksi yang lewat dihadapannya.

“ Tidak ada bintang malam ini. Gelap. Seperti waktu itu.” Gumam Casey.

Selama diperjalanan Otak Casey tidak henti hentinya bertanya. Kenapa dengan Carrisa ? apa yang menyebabkannya masuk rumah sakit ? dan pikiran pikiran lainnya yang terus bersahutan diotaknya. Tidak sampai 10 menit berselang Casey sudah sampai di rumah sakit yang dituju dan langsung bertemu dengan Nenek Carrisa yang telah menunggunya di Loby dengan wajah sembab.

“ Ada apa Nek ? apa yang terjadi pada Carrisa ?”

Ucap Casey dengan sedikit tergesa dan masih dilanda kebingungan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Carrisa. Biar bagaimanapun Carrisa adalah satu satunya sahabat yang dimiliki Casey.

“ Dia tertabrak mobil yang sedang melintas ketika dia akan pulang kerumah. Lukanya cukup parah, Dan sekarang..” Nenek Carrisa menghela nafas sebelum melanjutkan. “ Dia sudah tenang bersama orang tuanya.”

Casey terpaku begitu mendengar penuturan dari Nenek Carrisa yang sekarang sudah menitikan air matanya lagi. Sudah tenang dengan orang tuanya ? bukankahh orang tuanya sudah tiada ? Apa mungkin dia ..

“ Maksud Nenek ?”

“ Dia sudah tiada, Nak. Nyawanya tidak bisa diselamatkan. Carrisa sudah menjadi bintang dilangit, seperti yang diinginkannya.”

Jelas nenek Carrisa sekali lagi. Casey menggeleng, ‘Tidak. Tidak mungkin dia pergi secepat ini. Ingatanku tentang masa laluku bahkan belum pudar. Dan mereka berdua meninggalkanku dengan cara seperti ini’ rutuk Casey.

“ Aku tahu kau satu satunya sahabat yang dia punya, dia sering membicarakanmu. Kau tidak seperti teman Carrisa yang lain yang selalu menghinanya karena Orangtuanya sudah meninggal.”

“ Aku ingin melihatnya sekarang !”

Sela Casey dengan intonasi yang sedikit tinggi. Ia tahu itu tidak sopan, tapi dia sudah terlanjur tidak percaya dengan semuanya. Tidak percaya kalau sahabat yang baru 5 tahun dekat dengannya harus pergi secepat ini.

“ Baiklah. Ikut aku.”

Nenek Carrisa menunjukan Ruangan dimana Carrisa menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia memang belum dipindahkan karena Neneknya tahu bahwa Casey pasti ingin menemuinya terlebih dahulu. Ketika Casey mendekati Carrisa barulah ia percaya bahwa sahabatnya ini memang sudah pergi.

“ Kau tidak menghargai janji yang kuucapkan Carrisa. Cepat sekali, bahkan aku belum memberi tahumu mengapa aku membenci bintang Carr.” Ucap Casey sendu. “ Kalau saja tadi aku menemanimu mungkin semuanya tidak terjadi.”

Ternyata inilah yang menyebabkan perasaan Casey tidak enak semenjak memutuskan sambungan telefon dari Carrisa. Telefon yang menjadi percakapan terakhirnya bersama sahabatnya itu.

Sekarang tidak ada lagi Carrisa. Tidak akan ada lagi seseorang yang selalu menemani Casey, Tidak ada lagi Carrisa yang bisa Casey ajak bermain. Tidak ada lagi Carrisa yang cerewet. Tidak ada lagi Carrisa yang selalu mengajaknya ke Taman kota. Dan tidak ada lagi Carrisa yang bisa membuat Casey merasakan kehadiran Kakaknya dari sisi Carrisa.
Sekarang kedua orang itu sudah pergi. Disaksikan langit malam yang tanpa bintang.

——-

Seminggu setelah pemakaman Carrisa, yang sampai sekarang belum bisa Casey lupakan. tiba tiba saja, sore ini Nenek Carrisa menelefon Casey untuk datang ke rumahnya. Entah untuk alasan apa.

“ Masuklah .. ” Ucap nenek Carrisa begitu melihat Casey sampai dirumahnya.

“ Sebenarnya ada apa nek ? tumben sekali nenek menyuruhku ke sini ?”

“ Tidak. Nenek hanya tidak sengaja menemukan ini.” Ucapnya sambil menyodorkan sebuah surat. “ Sepertinya untukmu.”

Tanpa membacanya, Casey langsung bertanya pada nenek Carrisa. Karena bagaimana bisa Neneknya itu tetap terlihat senang. Padahal, dia sudah kehilangan semuanya. Seorang anak yang merupakan Ibu dari Carrisa dan Carrisa sendiri.

“ Nek. Aku tahu semua orang harus merelakan orang yang disayanginya pergi. Tapi kelihatannya nenek sangat cepat melupakannya ?”

“ Yah. Sebenarnya nenek bahagia Carrisa sudah tidak ada sekarang.”

Ucapan Nenek Carrisa itu sontak membuat Casey terperangah.

“ Maksud nenek ? bukankah nenek sangat menyanyangi Carrisa ?”

“ Memang. Dan karena itulah nenek bahagia. Karena orang yang nenek sayangi tidak harus merasakan sakit seperti yang dialami Ayah dan Ibunya.”

“ Aku tidak tahu Carrisa sakit. Bahkan dia saja tidak pernah memberitahuku mengapa orangtuanya meniggal.”

“ Gejalanya memang belum terlihat. Dia masih muda. Carrisa mengidap HIV akibat kesalahan orangtuanya. Dia tidak harus sampai direhabilitasi sekarang.”

Hal itu sukses membuat Casey terkejut. HIV. Jadi itu yang membuat Nenek Carrisa senang Carrisa sudah tiada. Senang karena tidak harus melihat orang yang dia sayangi menderita berkepanjangan karena penyakit itu. Tapi, bagaimana juga Sahabatnya itu tetap Ceria ?

“ Dan aku sebagai sahabatnya sendiri tidak tahu.”

“ Itu karena tidak semua rahasia harus dibeberkan kan. Setiap orang pasti mempunyai rahasia sendiri yang tidak boleh diketahui orang lain. Untuk keamanan jiwanya mungkin. Dan kau juga harus tahu Casey, Tuhan menunjukan kebaikannya lewat apapun. Meskipun orang lain merasa itu bukanlah kebaikan.”

Ya. tidak semua Rahasia harus dibeberkan. Dan tuhan itu selalu baik.

‘ Aku kira hanya aku yang mempunyai rahasia pribadi. ‘ fikir Casey.

——–

Hai Casey,
Bagaimana kabarmu sekarang ?Aku harap sahabatku yang begitu benci bintang ini sudah berubah. haha ? aku tidak tahu kapan surat ini akan sampai ditanganmu, tapi aku percaya jika surat ini sudah sampai ditanganmu itu artinya aku sudah pergi, bergabung dengan orangtuaku dan tentunya menjadi bintang yang paling bersinar dilangit. Aku tidak perduli dengan masalah bola gas itu. 😛
Pokoknya jangan salahkan siapapun kalau aku pergi. Karena itulah yang sudah ditakdirkan oleh tuhan Cass. Dan kalau kau ingin berbicara denganku, Carilah bintang yang paling bersinar di langit. Disitulah aku menemanimu dengan cahayaku.
Your Bestfriend,
Carrisa

Casey tidak tahu harus bagaimana setelah membaca surat dari Carrisa itu. Pikirannya tidak menentu sekarang, sulit merelakannya meskipun ia tahu itulah yang terbaik dan tanpa disadari matanya mulai berkaca kaca.

Dan saat itu pula Casey sudah sampai di tempat yang ia tuju. Sebuah tempat yang dia sendiri sudah lupa kapan terakhir kalinya kesini. Dengan berhiaskan langit malam yang entah kenapa sekarang dipenuhi bintang bintang dan sebuah bulan yang terlihat lebih terang dari biasanya.

SARAH DIANITA

“ Hai kak Sarah.”

Gumam Casey. Setelah pulang dari rumah Nenek Carrisa entah kenapa dirinya ingin sekali mengunjungi makam kakaknya, padahal sedari dulu dia menolak mentah mentah jika ada orangtuanya mengajaknya kesini.

Bukan karena ia membenci kakakknya. Tapi karena kedekatannya dengan kakaknya lah yang membuatnya tidak ingin mengunjungi makam kakaknya. Ia tidak mau menerima kenyataan jika kakaknya sudah tiada.

“ Sudah lama kakak tidak mengajakku meneliti bintang lagi. Sudah hampir 6 tahun.”

Sarah memang selalu mengajak Casey meneliti bintang di tempatnya bekerja dulu. Sama seperti Carrisa yang selalu mengajak Casey pergi ke Taman kota untuk menatap bintang. Karena alasan itulah dia membenci bintang, meskipun begitu dia tidak menolak ajakan Carrisa setiap minggu karena hati kecilnya ingin selalu mengingat kakaknya.

“ Kau tahu kak ? Impianmu sama dengan sahabatku yang baru saja pergi. Ingin menjadi bintang yang bersinar. Haha.”

Casey terus bercerita sendiri sambil membayangkan kakaknya ada disana, berbicara seakan kakaknya masih hidup,dan melupakan segala keogisannya yang selama ini membuatnya tidak mau bertemu kakaknya.

“ aku pulang dulu kak. Aku berjanji sekarang akan selalu mengunjungimu karena aku tahu kakak disini karena tuhan ingin yang terbaik untuk kakak.”

Casey pun bangkit dari makam kakaknya dan pulang ke rumah. Tanpa disadarinya, dilangit sana ada dua bintang yang bersinar sedari tadi. Terus dan terus bersinar sepanjang malamnya dikala berbagai cuaca, selalu menemani Casey dimalam hari, menerangi dunianya. Karena mereka adalah Bintang yang bersinar.

——

Cuz’ in the sky, you’re so high.
There are beautiful stars which shine the night.
She’ll be dancing in the clouds and she’ll be singing in the rain.
Among those beautiful stars.
( Greyson Chance – Stars )

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s