Cerpen Persahabatan – Berikut ini adalah beberapa cerpen persahabatan terbaru terbaik yang bisa kamu simak untuk mendalami arti penting seorang sahabat dalam kehidupan ini. Semoga menghibur!
Cerpen Persahabatan – Menanti Matahari
“Ma, hari ini hari apa?”
“Sabtu, emang kenapa sayang?”
“Mama bisa main sama aku kan?”
“Hari ini Mama harus jemput seseorang di bandara, main sama Mama nanti ya.”
“Ya udah deh.” Sambil cemberut cowok kecil itu mengurung diri di kamar, setelah mobil mamanya meninggalkan halaman rumah, rumahnya tampak sepi, meski banyak asisten rumah tangga di dalamnya.
“Jelek-Jelek Main Yok.” Suara gadis kecil itu sempat mengejutkannya, tapi ia pura-pura tak mendengar teriakan gadis kecil itu. Sampai teriakan itu terdengar lagi dan kali ini lebih keras. Ia pun mengalah dan menemui gadis itu. Gadis kecil itu bernama Lily Stephanie Robinson, sahabat sekaligus teman bermain dari kecil cowok kecil itu. Cowok kecil itu sendiri bernama Angga Coner Walker.
“Apaan?”
“Main yok,”
“Aku lagi males, mau di kamar aja!”
“Ya udah, ayo.”
Tanpa menunggu perintah gadis kecil itu masuk ke dalam mendahului cowok kecil itu, karena baginya rumah sahabatnya adalah rumahnya. Ia langsung berlari ke dalam kamar sahabatnya dan memulai aktivitas rutin yang selalu ia lakukan jikalau ada di dalam kamar sahabatnya, ya apalagi kalau bukan mengacak-acak kamar itu.
“Eh eh, aneh jangan ngacak acak kamarku. Ke luar sana!”
“Gak mau, siapa suruh diajak main gak mau.”
Persahabatan mereka berlangsung hingga mereka kelas 6 SD, Lily selalu sukses akrab dengan teman Angga meski Angga berkali-kali berkata pada temannya bahwa Lily adalah anak yang aneh tapi tetap saja tak merubah apa pun. Lily juga sering menjelek-jelekkan Angga di hadapan teman-temannya. Sebenarnya Angga ingin sekali marah pada Lily tapi jika ia bisa ia pasti telah melakukan itu dari dulu, tapi sayangnya ia tak pernah tega untuk memarahi sahabatnya itu, karena kesedihan Lily sangatlah langka. Lily hanya akan menangis atau bersedih jika ia melihat Angga bersedih atau memarahinya. Hingga akhirnya mereka harus terpisahkan, karena Lily harus melanjutkan menengah pertamanya di Amerika, di rumah neneknya.
“Eh Angga jelek aku mau ngelanjutin sekolah di Amerika.”
“Kenapa jauh banget sih?”
“Ya elah, Mama ngirim aku ke sana ke rumah Nenek,”
“Terus yang berantakin kamarku siapa?”
“Aduh udah deh, nih aku beliin sesuatu kamu satu aku satu ya.”
“Apaan nih?”
“Udah deh jangan sampe hilang ini limited edition,”
“Wuih beli di mana?”
“Warung depan komplek.”
Berjam-jam telah berlalu Angga menunggu telepon dari sahabatnya karena Lily telah berjanji akan meneleponnya setelah ia sampai di bandara Amerika. Lama sekali Angga menunggu telepon dari Lily ia tak beranjak dari meja belajarnya yang di sana terdapat ponselnya. Hingga ia ingin buang air kecil tapi ia berpikir berulang kali ia memikirkan jika ia pergi dan meninggalkan ponselnya mungkin Lily akan menelepon di saat itu juga, apabila ia membawa ponselnya kemungkinan ia akan secara tidak sengaja menjatuhkan ponselnya ke dalam bak air dan itu sangatlah fatal. Karena terlalu lama berpikir akhirnya hal yang tidak diinginkan pun terjadi, Angga, “NGOMPOL”. Seisi rumah yang penuh dengan asisten rumah tangga gempar dibuatnya karena memang ia anak tunggal dan Papa serta mamanya harus mengurus kantor warisan kakeknya. Di lain tempat di negara yang berbeda Lily telah mendarat dengan selamat sampai ke bandara Amerika. Ia langsung mencari kontak sahabatnya dari ponselnya dan menelepon melepas rindu.
“Hai Angga jelek!”
“Iya Li.”
“Aku udah sampe di Amerika.”
“Wah di sana rame ya, aku terakhir ke sana bandaranya rame.”
“Serame-ramenya tetep sepi!”
“Napa?”
“Karena gak ada kamu.”
“Oeee..”
“Tebak deh kenapa kalau gak ada kamu gak rame?”
“Karena aku ceria,”
“Bukan,”
“Terus?”
“Karena aku gak bisa jahilin kamu lagi.”
“Cari aja orang lain?”
“Gak bisa!”
“Napa?”
“Karena gak ada orang yang dijahilin sepasrah kamu.”
Setelah lama sibuk dengan teleponnya Lily tak sadar bahwa ia telah terpisah dengan asisten yang menemaninya selama perjalanan, ia baru menyadari hal itu setelah telepon terputus dan tiba-tiba ada orang yang mencuri ponselnya. Awalnya ia benar-benar bingung harus berbuat apa dan tanpa berpikir panjang ia pun berteriak, “Copet” Dan sontak semua orang di sekelilingnya menoleh bingung padanya. Sempat menjadi perhatian sekitarnya Lily akhirnya diam ia mencari tempat duduk dan duduk termenung. Akhirnya ia pun sadar apa yang baru terjadi, ia sekarang terpisah jauh dengan asistennya dan ia kehilangan ponselnya satu-satunya yang sekarang ada di otaknya hanyalah pergi ke rumah neneknya pakai uang saku yang ia bawa.
Tahun demi tahun berlalu Lily menjadi remaja yang cantik dan pendiam kenakalan dan sifat tomboinya lama-lama sirna di makan waktu. Ia tumbuh menjadi remaja tanpa sahabatnya dan tak sekalipun ia berpikir untuk menggantikan posisi Angga dengan yang lain. Ia juga jadi jarang bersosialisasi dengan teman-temannya ia lebih sering membaca buku atau hanya bermain dengan internet. Di lain tempat Angga yang dulunya cowok pendiam berubah menjadi pintar dan tampan, hari demi hari ia lalui dengan biasa seperti tiada masalah karena ia ingin mengetahui luasnya pergaulan agar bisa menemukan sahabatnya yang telah lama tiada kabarnya.
Tahun pun berlalu tak terasa mereka berdua telah lulus dari sekolah menengah atas di sekolah dan negara yang berbeda. Angga yang telah menunggu saat ini tiba menyambutnya dengan gembira. Hari itu juga ia izin kepada Papa untuk pergi mengunjungi neneknya di Amerika sekaligus mencari sahabatnya. Ia akhirnya diizinkan namun ia tak dapat hari itu juga terbang ke Amerika karena ia harus memesan tiketnya terlebih dahulu. Akhirnya tanggal hari dan jamnya telah diatur untuk pergi ke Amerika. Tiba waktunya Angga terbang ke Amerika dengan harapan bisa bertemu dengan sahabatnya lagi. Dan di Amerika Lily ternyata juga terbang ke Indonesia dengan harapan yang sama dengan Angga. Di jam yang sama pula mereka berjalan di bandara yang berbeda negara.
Tapi mereka berdua sama sama tak mengantongi apa pun untuk bertemu kembali hingga Lily putus asa di dalam kamar hotel yang telah ia pesan ia melakukan kebiasaan yang ia lakukan di Amerika yaitu bermain dengan internet. Ia membuka sebuah blog yang isinya tentang arti sahabat beberapa yang menjawab adalah kaum hawa dan ia tersentak ada lelaki yang menjawab pertanyaannya. Di Amerika Angga tak kunjung putus asa untuk mencari sahabatnya, dan ia menemukan ada orang yang bertanya apa itu sahabat ia pun berkomentar tanpa rasa malu meski ia tahu bahwa di situ kebanyakan yang berkomentar adalah kaum hawa. Ia menjawab, “Sahabatku adalah anugerah terindah yang dikirim Tuhan untukku, ia bagai cahaya yang menerangiku di saat kelam menghampiriku, ia adalah setitik cahaya di saat lampu padam, ia adalah MATAHARIKU.” Ia berharap bisa menumpahkan sedikit pemikirannya pada komentar itu.
Lily sangat terkejut setelah membaca komentar dari cowok yang tak ia ketahui itu, ia jadi teringat kata-kata sahabatnya waktu tak memperkenalkan siapa aku pada gurunya. “Bu, dia itu anugerah terindah yang dikirim Tuhan untukku Bu.” Satu minggu telah berlalu Angga harus kembali ke Indonesia dan Lily harus ke Amerika tak disangka pula mereka berdua lagi lagi terbang di hari dan jam yang sama. Angga tak pernah putus asa ia berambisi untuk tetap mencari sahabatnya begitu pula Lily.
“Ya Tuhan jika ia adalah anugerah terindahmu, maka jagalah anugerah itu untukku.” kata Angga.
“Ya Tuhan meski pencarian mencari cahaya penerang hidupku harus terhenti sebentar jagalah ia demi aku.” harap Lily.
——
Cerpen – Persahabatan Di Ujung Senja
Kini ku habiskan waktuku tanpamu di kala senja, aku merindukanmu sahabat yang jauh di sana, aku merindukanmu, aku sungguh merindukanmu. Ku hanya bisa mencurahkan isi hatiku lewat coretan-coretan kecilku ini.
Flash back..
“Cha, kamu mau nggak aku panggil Juliet dan aku Romeonya?” Tanya Rangga, ya namanya memang Rangga, tepatnya Rangga Setiawan, dia adalah pahlawan di masa kecilku.
“Hm, emang kenapa aku harus jadi Juliet dan kamu Romeonya?” tanyaku.
“Hm, soalnya aku mau kamu inget terus sama aku, kisah Romeo dan Juliet itu so sweet banget, Romeo rela mati demi Juliet, begitu pun sebaliknya, jadi kelak kita akan seperti Romeo dan Juliet jadi kisahnya Jadi Icha dan Rangga,” jawabnya. “Ih, gak mau ah, aku belum mau mati kayak Romeo dan Juliet,” Jawabku.
“Hm, bukan gitu maksudnya, nanti Persahabatan kita akan tetap abadi, sampai ajal memisahkan kita, Icha dan Rangga selamanya akan tetap jadi sahabat,” ucapnya.
“hm, iya deh aku mau jadi julietnya Romeo,” Jawabku.
Keesokan harinya. Rangga tampak menungguku di tempat biasa kami bersenda gurau bersama di kala senja. “Hey!” aku pun mengagetkannya. “Argh, Juliet mah suka usil,” ucapnya. “Habisnya bengong aja,” jawabku. Kami pun bersenda gurau di kala senja itu menghabiskan waktu bersama seperti biasanya.. tapi entah kenapa Rangga tidak seperti biasanya, dia nampak sedih. “Cha, aku mau bilang sesuatu sama kamu,” ucapnya.
“Apa?” jawabku. “Hmm, aku sama keluargaku mau pindah, soalnya Ayahku pindah tugas ke luar kota, Jadi mau tidak mau aku harus ikut,” Saat mendengar itu raut wajahku seketika berubah menjadi sedih. Aku pun beranjak dari tempat dudukku disusul oleh Rangga. “Cha, aku janji bakalan selalu berkunjung kalau lagi liburan, Romeo Janji, Juliet..” ucapnya. Bibirku kaku tak sanggup mengucap apa pun, sungguh ini sangat menyakitkan, aku tak sanggup kehilangan Pahlawanku, namun apa boleh buat?
Hari ini Rangga akan meninggalkanku.
“Cha, aku pergi ya! Kamu jangan sedih, aku kan udah janji bakalan kembali hanya untuk Julietnya Rangga,” ucapnya.
“Tapi, siapa nanti yang akan menghapus air mata Juliet di kala Juliet sedih, dan siapa yang akan melindungi Juliet dari angsa-angsa yang nantinya mengejar Juliet,” ucapku.
“Cha, meski Raga kita berpisah, tapi ingat Hati kita akan selalu menyatu, lagi pula Romeo udah janji bakalan kembali untuk Juliet.” Mau tidak mau aku pun merelakan kepergiannya.
Pukul 22.00
setelah kepergiannya, entah kenapa aku tidak bisa tidur, ada rasa kekhawatiran dalam hatiku, tidak seperti biasanya aku seperti ini, “Apa karena kepergian Rangga?” tanyaku di dalam benakku. Namun tiba-tiba terdengar suara jeritan dari Ruang Tengah, aku pun keluar dari kamarku menuju sumber suara, yang ternyata berasal dari Bunda, aku pun menghampirinya, “Bun, Bunda, Bunda kenapa?” tanyaku.
“Rangga, Cha, Rangga,” jawabnya.
“Rangga.. Rangga kenapa Bunda?” tanyaku Khawatir.
“Rangga beserta keluarganya tewas dalam kecelakaan, tidak ada yang selamat,” Jawab Bunda.
Hatiku hancur berkeping-keping kala mendengar hal itu. Tak terasa air mata membasahi Pipiku. Rangga.. Tuhan Kenapa harus dia?
Sejak kepergiannya meninggalkanku untuk selamanya. Ku duduk termenung sendirian di tempat biasa aku dan Rangga biasa menghabiskan waktu bersama di kala senja sampai di ujung Senja. Rangga.. di mana Janji kamu untuk kembali bersamaku? di mana Ngga? Rangga.. aku Janji bakalan jadiin kamu Romeo di hatiku untuk selamanya. Selamat jalan sahabatku. Selamat jalan pahlawanku. Aku akan selalu mengenangmu di kala senja. Kamu akan selalu di hatiku, persahabatan kita akan tetap abadi untuk selamanya. Walaupun raga memisahkan kita.
SELESAI
——
Cerpen Persahabatan – Dialah Sahabatku
Setiap pagi di sekolahku selalu ku temukan senyuman manis darinya. Senyuman yang membuatku nyaman. Dia sahabatku yang peduli denganku, mengerti keinginanku, paham dengan sifatku dan dia adalah penyemangatku. Namanya Ahmad, dia pintar, dia adik kelasku. Duduk di kelas XI Ipa 3. Aku salut dengannya. Dia mampu menasihatiku. Dia sempat menjadi penyemangatku yang paling mahir. Dia berperan besar dalam hariku.
Suatu ketika saat aku berangkat sekolah, aku tak menemukannya, aku khawatir. Ada apa dengannya? Apakah dia baik-baik saja? Dia sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Aku menyayanginya. Dia tergolong anak yang tampan. Jadi tidak salah jika banyak teman-temanku yang mungkin sayang sama dia. Aku juga mempunyai 2 teman cewek. Namanya Tika dan Ina. Mungkin mereka tidak suka jika aku dekat dengan Ahmad. Ina dan Tika selalu membuat hatiku panas. Mereka sering mengarang cerita. Terkadang mereka membuatku cemburu. Iya cemburu, ya iya lah cemburu. Masa mereka membuat hubungan baikku dengan adikku renggang. Yang biasanya dekat jadi jauh. Sempat terjadi miss komunikasi antara aku dan Ahmad. Entah kenapa dia menjauhiku, aku pun tak tahu apa alasannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku selalu berusaha menyapa Ahmad. Dia adikku meski bukan kandung, aku sangat menyayanginya. Aku tak ingin dia hilang dari hidupku. Aku ingin hubungan baikku dengannya tetap terjalin. Akhirnya 1 bulan kemudian dia berubah. Dia hadir kembali dalam hari-hariku. Kembali bertukar cerita, bercanda tawa, dan hal yang menyenangkan kita lewati bersama. Sahabatku, Siti Marhamah, dia adalah orang yang bisa membuatku bersabar. Dia juga sahabat yang baik.
Sekarang aku merasa jauh dengan Ina dan Tika. Iya, karena aku tak suka dengan mereka, sifat mereka dan pokoknya aku merasa salah berteman. Dan sekarang aku menjauhi mereka. Ya, buat apa sih berteman dengan mereka jika senantiasa tersakiti. Aku bahagia mengenalmu adik. Ku. Tetaplah menjadi kamu yang baik. Hari yang paling membahagiakan adalah ketika aku dan dia berfoto bersama, mengukir kenangan yang indah sebagai jalinan persaudaraan. Kisah di sekolah memang banyak yang berkesan.
——
Demikianlah kumpulan cerpen persahabatan yang bisa dibagikan pada postingan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk anda sekalian.