Cerpen Cinta – My Bad Heart

Cerpen Cinta Romantis berikut ini dibuah khusus untuk anda sebagai bacaan cerita cinta yang menginspirasi. Semoga menjadi bacaan yang menarik untuk anda.

***

My Bad Heart

Aku berjalan ke tempat duduk di Taman E-park New York, dan duduk di salah satu kursi taman di dekat pohon besar. Aku bergumul sendiri, sambil meminum kopi cappucino-ku yang aku beli di Cafetarria, kau tahu kan? tempat di mana aku bertemu dengan Dane. Ya, Dane. Apa kau tahu dia? Dia adalah laki-laki yang berada di hatiku saat ini, dan kau tahu sekarang aku mencintai 2 laki-laki. Yang pertama namanya Caron Felvish. Kakak kelas yang dulu aku cintai, yang dulu atau sekarang aku sayangi. Dan yang kedua adalah Dane. Dan mereka termasuk pergumulanku saat ini.

Author POV
Gadis yang bermata ungu dan rambutnya yang bercampur warna ungu itu mengacak rambutnya, hingga rambutnya terlihat berantakan. Kau mungkin bisa memanggilnya Tara Natelints. Ya, itu namanya. Kau juga bisa melihat dari raut wajahnya, bahwa dia memiliki pergumulan yang berat. Tara membuang gelas kertas yang tadi berisi kopi cappucino ke tempat sampah. Lalu ia menggaruk kepalanya sekali lagi.

“Apa aku harus kembali ke Paris?” katanya.
“Apakah aku harus kembali lagi ke Paris?” kata Tara. gadis itu menaikkan kakinya dan memeluk kakinya sendiri.
“Apakah aku harus meninggalkan Dane?” tanyanya.
Seseorang ke luar dari tempat persembunyiannya di balik pohon besar, lalu berkata, “Kembalilah Tara,” katanya.
“Dane?”
“Kau pulanglah ke Paris kau pasti rindu dengan Valery Oks kan? atau kau rindu dengan kakak kelas yang kau kejar kejar itu kan? Ayo, ngaku!” kata Dane berusaha tertawa walau di dalam hati hatinya hancur berkeping-keping.

Tara melihat ke Arah Dane sesudah ia menunduk terlalu lama, dan ia bisa melihat senyum itu lagi-senyum keterpaksaan dan sedih. Dane mengingat kejadian pertama saat ia bertemu dengan Tara Natelints, ketika ia tak sengaja bertemu dengan mantannya yang masih ia sayang yaitu Valery Oks. Valery meminta Dane mejadi “pacar bohong-bohongan temannya” dan pada saat itu Dane berpikir, jika ia menjadi pacar bohong-bohongngan temannya, mungkin ia bisa kembali dengan Valerry dan ia menerimanya. Namun Tuhan berkata lain, Dane mulai mengenal Tara dan menjahilinya,walau pada awalnya ia sangatlah dingin.

“Pulanglah Tara.”
“Aku tidak akan pulang,” kata Tara. “karena..” Tara tak melanjutkan kata-katanya namun pada akhirnya ia melanjutkannya. “Aku mencintaimu, Dane.” Dane menatap Tara lalu Tara menatap Dane dengan mata yang melebar lalu mulai menangis dan meninggalkan taman itu berlari ke arah salah satu bus. Dan menatap kepergian Tara yang sesekali terjatuh, ingin sekali ai datang dan memeluk Tara. Namun itu tak mungkin terjadi. “Maafkan aku Tara karena aku berkata padamu aku tak mencintaimu. Maafkan aku, sebelum kamu dan aku merasakan kehilangan.”

Tara sekarang berada di Bandara, peristiwa kemarin membuatnya ingin cepat-cepat pergi dari New York namun, ia masih tak ingin meninggalkan Dane. “Tuhan, jika hujan turun berarti Dane akan datang ke sini, Jika tidak, tidak akan hujan.” ia berdoa seperti yang ia biasanya lakukan. Namun hari bertambah Cerah dan bahkan semakin panas dan ia sudah menyimpulakan bahwa “Tuhan tak memperbolehkan Dane datang.”

Salju turun di kota Paris. Tara menarik kopernya di Trotoar kota Paris dalam kesunyian, bahkan langkah kakinya dan bunyi roda kopernya terdengar jelas. Ia datang di kota Paris pada pukul 12.23 malam dan hanya beberapa kendaraan yang terlintas. Ia berjalan dan berhenti di salah satu Cafe lama yang pernah ia kunjungi saat masih di Paris. Cafe Oakes. Ia masuk dan terlihat beberapa orang berada di dalam Cafe itu. Ia duduk di salah satu meja setelah ia memesan kopi. Dan ia rindu pada meja ini. meja ini adalah meja tempat biasanya ia menyelidiki Caron di seberang jalan, karena di seberang jalan itu adalah tempat biasanya Caron dan teman-temannya nongkrong.

Tara menghembuskan napas dengan berat dan bergumam sendiri, “Tidak apa-apa Tara, kau bisa menjalani kehidupanmu.”
Saat ia sedang bergumam tidak jelas, seseorang terlihat sedang menyeberang jalan dan gerak-geriknya sangatlah mencurigakan, “Itu kan Valery?”
Tara segera mengikuti Valery, dan Valery berhenti dan duduk di samping seorang laki-laki berambut cokelat.

“Dane?!” kata Tara, beruntung ia jauh dari mereka saat itu.
ia hanya menatap dari kejauhan, dan mendengar sesuatu yang sangat menyakitinya, “Kau sudah mempermainkan Tara?” kata Valery pada Dane.
“Sudah.” jawab Dane. Tara berdiri mematung dan membeku lebih dingin daripada salju di paris, namun dia tak merasakannya karena ada yang lebih sakit dari itu, yaitu hatinya.

“Aku benci padanya.” kata Valerry.
Tara melotot mendengar kata kata Valery, “Benci? benci padaku?”
“But, Valery, Will you Marry Me?” kata Dane yang membuat Tara bertambah dingin.
“Kita sudah berpacaran selama 8 tahun bukan? kenapa kita tak melanjutkan ke jenjang pernikahan saja?” kata Dane.
Tara menatap dan berkata dalam hati, “Jangan menangis, jangan menangis, jangan menangis, kamu lebih kuat Tara, kau lebih kuat.” katanya.

Tara hanya berharap agar Valerry menolaknya walau ia tahu harapan itu pasti tak akan terjadi. Valerry menatap Dane sebentar dan berkata, “Yes, I will.”
Tara hanya menatap langit dan berkata, “Tuhan, jika Dane bukan milikku turunkanlah hujan sekarang,” katanya. Hujan pun turun dengan deras, menambah kedinginan di kota Paris. namun Tara tak merasakannya, ia hanya merasakan sakit hati yang teramat dalam.
“Cukup Tuhan! Cukup! Cukup atas masalah yang engkau beri kepadaku! Cukup karena Caron membatalkan pertunanganku dengan dia, dan cukup atas Dane!” tara berkata dengan rapuh.

Tara menangis di dalam hujan, dia menangis. “Tuhan, tak apa, aku tak apa, aku ma-masih ditemani penyakit ini, dan sebentar lagi aku akan meninggalkan dunia ini.” katanya. Tara tahu ia harus menjaga kondisinya, karena ia memiliki hipotermia. Ia tidak boleh kedinginan. Namun biarkanlah ia kedinginan di temani malam yang dingin, ditemani salju yang dingin, ditemani hujan yang dingin, dan ditemani hati yang sudah terlanjur beku dan perlahan-lahan napasnya mulai pelan dan pendek. Ia tidak merasa kedinginan dan pada akhirnya ia menutup matanya.

“Halo Valery?” tanya Dane pada Valery saat Valery meneleponnya.
“Aku dan saudara kembarmu, Dane, akan menikah!!” kata Valery pada Dane.
“Hei, berhenti menyebut nama Danes dengan namaku!” kata Dane kesal.
“Sorry. Aku lebih suka memanggil nama saudara kembarmu dengan Dane. Karena lebih enak didengar.” kata Valery.
“Terserah.” kata Dane kesal.
“Hei, kau tau saudaramu mempermainkan Tara.” kata Valery.

“Maksudnya?”
“Saudaramu berpura-pura menjadi dirimu agar menang taruhan dariku.” kata Valery.
“Maksudnya? berpura-pura apa?”
“Berpura-pura menjadi kau di Lomba Teater waktu itu, loh,” kata Valery.
“Oh, waktu itu aku menyuruhnya untuk menggantikanku sementara di Lomba Teater itu karena aku harus memeriksa ke do–” kata-kata Dane terpotong, hampir saja ia keceplosan bahwa ia harus memeriksa dirinya ke dokter, tentang penyakit Sesak napas.

“Maksudnya?”
“Ke Dora, soal Makalah yang belum selesai.” kata Dane bohong.
“Oh, begitu,” kata Valery “Hei, kau tau? aku benci Tara, apa kau tau itu?” lanjutnya.
“Tidak. Kenapa?” kata Dane.
“Dia selalu mengira pacarku adalah kamu. Contohnya saat di karnaval waktu itu, ia mengira Danes adalah kamu jadi ia menggandeng tangan Dane, dan kau tahu Dane biasa saja!” kata Valery.
“Oh.” kata Dane singkat.
“Dane, udah mulai kuliah, lama banget neleponya?” kata Salah satu teman laki-laki Dane dan hanya dibalas Dane dengan anggukan.
“Ya sudah Valery, aku matikan ya? sudah mulai kuliahnya.” kata Dane yang langsung menutup teleponnya.

Di tempat itu Dane hanya menunduk menatap batu nisan yang bertuliskan “Tara Natelins” ia hanya bergumam tidak jelas dengan keheningan siang itu. “Aku bahkan tak memberikan kebahagiaan sebelum ia pergi. Kau tahu Tara? aku suka kau saat kau mengucapkan doamu pada Tuhan, itu yang membuatmu menjadi pilihan dalam hatiku.” kata Dane. “Dan saat ini aku akan berdoa pada Tuhan, turunkanlah hujan jika Tara tidak kembali lagi karena aku tidak percaya ia sudah pergi.” kata Dane.

Hujan turun dengan deras membasahi tanah yang semula basah menjadi bertambah basah. Membasahkan kemeja hitam dengan penyakit dalam tubuhnya. Dane terbatuk-batuk, bibirnya mulai membiru, ia mulai menggigil, sudah 6 jam ia di situ tanpa khawatir akan penyakitnya, ia hanya bergumam, “Sebentar lagi aku dan kamu akan bertemu.” kata Dane sambil tersenyum.

5 tahun kemudian…
“Yah, kita ngapain ke makam?” kata seorang gadis kecil.
“Ya Bu. Ke mana kita?” kata seorang anak kecil yang lagi menggandeng gadis kecil itu.
“Kita mau bertemu seseorang.”
“Siapa Bu?” tanya anak itu.
“Dia adalah seorang perempuan cantik bernama Tara yang sama seperti Adikmu,”
“Aku Ibu?” kata-tara kecil yang hanya dibalas anggukan oleh ibunya.
“Dan seorang laki-laki yang namanya sama sepertimu.” kata ibunya menjelaskan.
“Sama? apakah namanya Dane?” tanya Dane kecil pada ibunya.
“Ya.” kata Valery dan Dane bersamaan,

The End

Cerpen Karangan: Joyjullyera
Facebook: Joynitha

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s